Kamis, 15 Januari 2015

Selamat Ulang Tahun Ibu

Kamis, 15 Januari 2015

Saya masih harus bedrest total selama tiga hari ke depan dan rasanya luar biasa bosan. Rasanya mau lakukan apapun jadi tak enak, mau ke dapur tak boleh, mau ngemall apalagi (kalau ibu saya baca ini pasti beliau langsung ngomel "kamu ini sakit tapi masih saja pecicilan!") Ooopss...!

Alarm di handphone saya sudah mengingatkan berkali-kali bahwa besok adalah hari ulang tahun ibu. Maksud saya, ibu mertua. Banyak ungkapan miris yang mengatakan bahwa ibu mertua lebih kejam daripada ibu kota (bahkan beberapa teman saya juga berpendapat sama). Ah, tak bisa digeneralisasikan bahwa semua ibu mertua itu sama. Kebetulan saya tidak tinggal serumah dengan ibu mertua (ibu tinggal di Tokyo sedangkan saya dan suami di Bali). Bertemupun amat jarang, sehingga kami sering kangen-kangenan jika sedang ada kesempatan untuk bertemu lewat facetime. Tiba-tiba.. saya jdi kangen beliau. Kangen sekali.

Suami sedang sibuk mengedit foto-foto pernikahan yang akan diprint untuk ibu saya di Nganjuk, sedangkan iPad saya habis batere. Praktis, saya tak punya mainan hiburan dan satu-satunya gadget yang nganggur adalah iphone suami. yah, sekalian gitu periksa-periksa si suami ngapain aja sama iPhone-nya (tanduk dan taring saya mulai terlihat). Suami saya sih cuek saja dan hanya sekali nanya,
"what are you doing?" dan saya menjawab dengan enteng, "Madam is checking..." dan dia hanya ketawa dan kembali sibuk mengedit foto.

Karena hampir tak ada hal yang menarik di iPhone suami, sayapun masuk ke folder photo. Suami bukan tipe orang yang suka photo-photo diri, apalagi selfie. Kalaupun ada, hanya ada beberapa photo dengan saya karena kebalikannya dia, saya tergolong orang yang narsis. Ooops!

Tak sengaja, saya masuk ke folder childhood yang memang sudah ada disana dari sejak dia beli itu iPhone. Isinya, foto-foto jadul jamannya diamasih bayi, anak-anak, remaja, dan dewasa. Ada beberapa photo ibu dan bapak juga dan membuat kangen saya semakin berlipat-lipat.

Email yang saya kirim beberapa hari lalu ke bapak belum juga mendapat balasan. Kalau begini, biasanya bapak dan ibu sedang keluar kota. Mungkin ke Kyoto sejak beberapa hari yang lalu, mengingat beberapa hari kedepan adalah ulang tahun ibu. Ah, saya jadi teringat kembali akan ulang tahun ibu.

Tiba-tiba ide itu muncul begitu saja. Mengapa tak membuat video darri slideshhow photo-photo lama? Sayapun langsung menggeser posisi suami dan menghidupkan sendiri komputer saya. Suami mulanya bingung, namun akhirnya setuju dengan ide saya. Saya sampai bela-belain nyanyi dan suami merekam suara saya dalam slide pembuka. Suami juga membantu saya mengedit efek, mengedit photo dan mengurutkannya berdasarkan kronologi. Saya dan suami puas dengan hasilnya. Dan video itu selalu sukses membuat saya menangis setiap kali menontonnya saking terharunya. Saya melihat betapa perubahan itu ada. Suami dan kakak ipar saya tumbuh dewasa, sedangkan bapak dan ibu tumbuh menua. Di satu sisi, saya iri setengah mati dengan keluarga ibu, namun di sisi lain saya bahagia dan bersyukur karena saya menjadi bagian darinya. Ah, sayapun tak mampu menahan air mata saat menuliskan ini.

Saya lalu mengupload video itu ke gooogle drive dan karena nggak tau caranya upload di youtube saking gapteknya, saya pasang link video saja di sini. Mudah-mudahan menginspirasi.
berikut link-nya: Happy Birthday Mother.Mp4

Atau bisa juga klik play di video di bawah ini:


Note: Akhirnyaaa bisa juga upload di youtube setelah 2 hari 2 malam googling kesana  kemari.

Buat Ibu di Tokyo,

Selamat Ulang Tahun, Ibu.
Semoga selalu diberkahi dengan kesehatan dan kebahagiaan.
Kami menyayangimu.

Anna & Hiroshi.

Penderitaan Pasca Keguguran

rasa sakitnya,
beruntung teman-temaan banyak yang memberi dorongan

Rabu, 14 Januari 2015

Dan Tuhan Berkehendak Lain...

Kamis, 8 Januari 2015
Saya bangun lebih pagi dan merasa bersemangat. Akhirnya, hari yang saya nanti-nantikan tiba. Hari ini, jam 11.30 saya akan bertemu dokter kandungan untuk mengukuhkan bahwa saya hamil. Ah.. saya tak sabar. Setengah memaksa, saya ajak suami bersiap-siap padahal hari masih pagi, pukul 9. Masih ada 2,5 jam lagi sih, tapi saya sudah tak bisa menunggu.
Jam 11.30, saya masih menunggu di ruang tunggu dan suster yang memeriksa saya meminta saya untuk bersabar karena dokter masih bersama pasien sebelumnya. Saya lihat jam tangan. Melihat ke pintu ruang dokter. Ke jam tangan lagi. Lalu ke suami saya. Heran, dia kelihatan tenang sekali. "Kamu gak penasaran?" Saya bertanya. Dia tak menjawab, namun meraih tangan saya dan mengdekapkannya ke dadanya. Saya bisa merasakan betapa dia juga deg-degan. Lalu dia meraih telapak tangan saya dan menempelkannya ke dahi. Basah, dan dingin. Rupanya, dia juga harap-harap cemas seperti saya.

Pintu akhirnya terbuka. Dan giliran saya telah tiba. perawat mempersilahkan saya duduk, dan dokter Winda sudah siap dengan peralatan medisnya. Tanpa banyak basa basi (karena sudah penasaran luar biasa), sayapun mengungkapkan keingintahuan saya. Dokter menyarankan untuk melakukan USG bawah. Meskipun tak tahu maksudnya, saya mengangguk setuju.

Perawat meminta saya menuju sebuah kursi aneh dengan lubang berbentuk oval terbuka di ujungnya. Saya kira saya langsung duduk, tak tahunya suster meminta saya melepaskan celana. Ya sudah, saya lepas. Biasanya kan kalau mau

Dan Saya Positif....

Menjadi ibu? Ah, siapa yang tidak ingin?
Menikah dengan orang yang kita sayangi, lalu mengandung dan melahirkan anaknya? Itu seperti mimpi. Tapi saya yakin, pagi itu saya tidak sedang bermimpi.

Jumat, 2 Januari 2015
Saya masih sibuk dengan pekerjaan saya seperti biasa. Tak hari yang tak istimewa buat saya, sejak hampir dua minggu usia pernikahan saya dengan suami tercinta. Hingga saat harus menuliskan receipt voucher kepada salah satu tamu, saya teringat sesuatu. Ya, hari ini saya seharusnya haid. Apa jangan-jangan... Saya tak mau terburu-buru mengambil kesimpulan. Saya telepon suami, lalu pulangnya saya beranikan membeli testpack, buat jaga-jaga.

Sabtu, 3 Januari 2015
Semalaman saya tak bisa tidur karena penasaran. Akhirnya pagi datang juga. Saya langsung tes dan hasilnya... satu strip terang dan ada satu strip samar-samar di bawahnya. Saya jadi bingung. Ini sebenarnya positif atau negatif, ya? Saya memberanikan diri membangunkan suami dan suami langsung sumringah dengan hasilnya. Katanya, saya positif. Ah? Masa secepat itu? Saya menikah 14 Desember dan ini baru awal Januari. Sayapun memutuskan membeli testpack lagi untuk check ulang keesokan harinya.



Minggu, 4 januari 2015
Harap-harap cemas, menstruasi belum datang juga. Siklus saya biasanya teratur 28 hari, dasn sampai hari ini kalau dihitung secara kalender berarti saya sudah telat 3 hari! Saya beranikan diri test lagi karena saya pikir tak ada ruginya. Kalau saya hamil ya alhamdulilah meskipun masih tak percaya secepat ini jadinya. Kalaupun ternyata belum hamil ya sudah tak apa-apa. Mungkin bisa coba lagi lain waktu *saya suka kata-kata ini "coba lagi"! Hehehehe.
Ternyata eh ternyata, hasil masih kurang lebih sama dengan hasil sebelumnya. Masih samar-samar. Ya sudahlah, mungkin harus sedikit bersabar, meski rasa penasaran ini tak bisa dikelabuhi.

Senin, 5 januari 2015
Rasa penasaran saya semakin besar. Saya browsing sana sini mengenai hasil testpack yang samar itu dan sebagian  besar mengatakan bahwa itu tandanya positif meskipun garis hanya terlihat samar. Testpack bekerja dengan cara menguji kadar HCG atau hormon yang dikeluarkan saat kehamilan dalam urin. Jumlahnya bervariasi dalam setiap tubuh wanita, dan kadar ini akan semakin banyak 
seiring dengan bertambahnya usia kandungan. Sayapun mulai daftar situs-situs diskusi ibu hamil di ibuhamil.com, baca-baca berbagai artikel tentang kehamilan, dan sebagainya.

Selasa, 6 Januari 2015
Saya sudah tak tahan lagi! Saya takut tak bisa tidur karena penasaran. Pulang kerja, saya sempatkan ke apotik dan membeli testpak impor. Saya sengaja memilih yang paling mahal dan mudah-mudahan yang mahal punya tingkat sensitifitas tinggi sehingga hasilnya tak samar lagi (meskipun tak ada pembuktian apapun tentang ini). Pagi-pagi saya langsung ke toilet dan cek. Hasilnya? Dua garis yang lumayan terang terlihat sudah. Syalala! Sayapun teriak dari kamar mandi sampai suami saya kaget. Namun kemudian ikutan jingkrak-jingkrak dengan hasilnya. Saya merasa menjadi perempuan paling beruntung di dunia. Terimakasih Tuhan, telah mempercayakan semua ini padaku...


Rabu, 7 Januari 2015
Suami sudah wanti-wanti sejak pagi kalau hari ini saya musti ketemu dokter unttuk sebuah jelasan : saya ini hamil atau tidak? Bukannya kenapa-kenapa. Kalau saya hamil setidaknya dari situ kammi harus selalu pantai perkembangannya, tapi kkalau tidak, ya nothing to loose. Suami juga berkali-kali mengingatkan supaya saya telepon rumah sakit dan menanyakan apakah dokter kandungannya cewek apa cowok kkarena suami amat sangat keberatan jika ternyata cokternya cowok. Saya sih anggap enteng warning dari suami hingga kami beneran memutuskan datang ke Rumah sakit Siloam di Sunset Road. Baru juga saya registrasi, suami langsung tanya ke resepsionisnya "dokternya laki/perempuan" dan  si mbak resepsionis bilang, dokterr yang jaga saat itu laki-laki. Kalau mau dokter yang perempuan bisa datang besok paginya. Saya insist ke suami dengan alasan "sudahh terlanjur disini" tapi suami saya juga ngotot bilang "No". Dasar keras kepala, kaalau dia bilang "No" dari awal ya artinya sampe ntar juga "No". Sayapun merajuk dan  merengek tapi ddia tetap pada pendirian. Saat kami melewati foodmart dan  dia mau makkan malam, saya sempat mengancam tidak mau makan dan tidak akan bisa tidur sampai besokk pagi dan saya musti ke dokter sekarang.Tetap saja, dia dengan santai bilang "No" sampai saya akhirnya menyerah kalah.

*to be continued